Friday, September 10, 2004

IT WAS A SIGN FROM GOD !

Guncangan bom terjadi lagi di Jakarta setelah lebih kurang satu tahun yang lalu terjadi peledakan bom di Hotel J.W. Marriot yang mengingatkan kembali penduduk dunia akan eksistensi terorisme internasional dengan berbagai kepentingan.

Bom tersebut meledak di depan kedutaan besar Australia, Jl HR Rasuna Said, kemarin kurang lebih pukul 11:30. Sampai dengan tadi malam, dilaporkan 8 orang tewas dan 168 orang luka-luka.

Tiga tahun lalu sebelum peledakan bom marak di Indonesia khususnya Jakarta, mendengar berita aksi terorisme di luar negeri akan membuat kita takut dan sulit membayangkan penderitaan para korban. Penduduk yang tinggal di negara-negara sasaran teroris tersebut pasti merasa di neraka, karena selalu dikecam ketakutan kehilangan harta, nyawa, dan sanak keluarga. Tapi setelah beberapa kali mengalami sendiri, penduduk Jakarta semakin terbiasa dengan berita peledakan bom. Pada hari terjadinya peledakan, pusat keramaian, mall dan perkantoran tetap ramai dikunjungi. Indeks harga saham gabungan dan kurs rupiah terhadap US dollarpun tidak lagi mengalami penurunan yang significant.

Menyitir kata-kata Gede Prama bahwa melalui krisis, bangsa indonesia akan semakin kuat. Akhirnya dapat aku simpulkan bahwa setelah melewati masa turbulensi (guncangan akibat perubahan) kita akan makin stabil dengan ketidakstabilan sehingga penduduk Jakarta mulai terbiasa hidup bersama dan berdamai dengan bom dan kematian.

Pada fenomena yang lain, para koruptor dan penjahatpun pada awal melakukan kejahatan dan korupsi, juga mengalami turbulensi; merasa bersalah, gelisah, dan ketakutan namun makin stabil dan tenang setelah punya jam terbang kejahatan yang tinggi, karena sudah terbiasa, sudah kebal, makin mahir, dengan hati yang sudah berkarat dan membatu.

THEY DON'T REALIZE WHAT THEY'RE REALLY UP TO.
THEY ARE LOST.....!!

(Dear God, keep us away from being heartless)

No comments: