Monday, November 01, 2004

SELF MANAGEMENT

Manajemen adalah suatu ilmu yang seringkali kita dengar dan bicarakan pada saat mengikuti antara lain; seminar, pendidikan, atau rapat-rapat di kantor dan organisasi. Sadar atau tidak, kita juga melaksanakannya setiap hari, baik dalam konteks me-manage dan di-manage. Manajemen secara umum diasosiasikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengatur, menggerakkan, dan mengendalikan sesuatu urusan sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki dengan sumber daya (resource) yang terbatas. Perlu digaris bawahi mengenai resource ini, karena dengan resource yang tidak terbatas kita tidak perlu manajemen. Yang terkait dalam manajemen diantaranya adalah strategi dan kepemimpinan (leadership), Karena setiap orang yang mempraktekkan ilmu manajemen adalah seorang pemimpin dan menggunakan strategi dalam mencapai tujuannya.

Anehnya, sekian banyak buku, kuliah dan seminar manajemen yang saya ikuti, tidak pernah membahas atau menyinggung tentang manajemen diri (self management) dan hubungannya dengan efektifitas manajemen pada perusahaan dan organisasi. Sebagai seorang pelaku manajemen dalam suatu struktur organisasi, diperlukan suatu sifat kepemimpinan (leadership) yang tentu saja hanya dapat secara efektif dimiliki oleh seseorang yang sukses dalam me-manage dirinya sendiri. Bagaimana seseorang dapat me-manage dirinya adalah materi yang sering terlewatkan dalam pembahasan ilmu manajemen.

Cukup banyak kata-kata bijak yang mengatakan betapa perang terbesar adalah melawan diri sendiri, menjadi pemimpin untuk diri sendiri, seperti yang dikatakan Plato bahwa, “ The first and the best victory is to conquer self” dan salah satu hadis Nabi Muhammad mengatakan perang terbesar umat manusia adalah perang melawan hawa nafsu. Dimana hawa nafsu dapat diterjemahkan sebagai keinginan dan kesenangan yang dapat bersifat negatif dan destruktif.

Menurut Gede Prama, “Manajemen diri adalah suatu ilmu yang hidup, yang lahir, tumbuh, dan bercabang saat dibenturkan, diuji dalam kehidupan“. Sedangkan menurut pandangan saya, manajemen diri berkaitan dengan bagaimana kita sebagai manusia memahami siapa diri kita dan bagaimana mengelolanya. Memahami diri, saya rasa adalah perintah Tuhan dalam Alquran yang turun pertama kali, “ Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”. (Al-Alaq, 1-2). Tuhan tidak menurunkan wahyu pertamanya berupa ayat-ayat tentang penciptaan langit dan bumi, tentang akhlaq, atau tentang perintah sholat dan puasa, tapi meminta kita untuk mempelajari lebih dulu siapa diri kita sebenarnya. “Darimana kita diciptakan?”, yang tentu saja dengan berfikir kritis pertanyaan kita akan berlanjut menjadi “untuk apa kita hidup?” dan “kemanakah kita akan berakhir?”. Namun pertanyaan-pertanyaan ini hendaknya tetap dalam kerangka iman kepada Allah sesuai dengan maksud surat Al-Alaq tersebut di atas. Dengan memahami diri, kita akan mengenali resource-resource utama yaitu pikiran (Mind), tubuh (body) dan hati (heart). Ketiga resource yang kita miliki keberadaannya sangat terbatas, oleh karena itu butuh pengelolaan yang tepat (self management )

Pikiran (mind) adalah resource yang berkembang sesuai usia, pengalaman, pendidikan, dan hasil pembelajaran diri dan secara dinamis membentuk paradigma, yaitu respon dan persepsi kita terhadap suatu informasi atau peristiwa. Bagaimana mengelola pikiran, menurut saya adalah dengan tidak berhenti belajar. Hidup adalah sekolah yang sebenarnya, dimana kita adalah pelajar yang aktif mencari informasi, belajar dari pengalaman, dan mengikuti semua ujian hidup dengan persiapan mental yang cukup dan ilmu yang utuh. Mengelola pikiran juga berarti senantiasa berfikir positif, artinya mampu mengambil hikmah dari suatu peristiwa dan menjadikannya sebagai referensi dalam paradigma kita. Dengan mengelola pikiran dengan tepat, kita akan memiliki kebijaksanaan dan keluasan wawasan berfikir yang akan menjadi modal dalam menjalankan tugas-tugas dan peran kita di dunia

Sesuai pertambahan usia, fungsi tubuh punya keterbatasan tertentu, sehingga resource inipun perlu dikelola dengan tepat. Mengelola tubuh terkait dengan bagaimana kita menghargai dan menjaga tubuh kita secara fisik dengan cara menerapkan pola makan dan pola hidup seimbang, diantaranya adalah menjauhkan diri dari makanan dan minuman yang tidak bermanfaat, tidak memforsir diri dalam bekerja, dan cukup berolahraga. Sehingga tujuan dari manajemen ini adalah memperoleh kesehatan dan kebugaran yang akan memudahkan kita beraktifitas.

Manajemen hati adalah bagaimana kita mengelola dan menjaga hati kita agar senantiasa bersih, tidak dikotori dan diracuni oleh sikap dan tingkah laku yang merusak. Hati yang bersih ditandai dengan rasa bahagia yang survive dalam setiap keadaan, baik dalam keadaan nyaman, cukup dan lapang juga dalam keadaan kurang, menderita bahkan dalam kekecewaan. Dan sesuai ajaran banyak agama didunia bahwa menjaga hati diantaranya adalah dengan memberi, melayani, bersyukur, bersabar, dan pasrah pada Tuhan.

Ketiga resource tersebut di atas saling mendukung dan berkordinasi, seperti yang dikatakan AA Gym bahwa, “Jika hati kita bersih, maka pikiran juga akan jernih”. Selain itu suatu penelitian empiris telah membuktikan bahwa pikiran yang tidak di-manage dengan baik, menjadi penyebab terbesar penyakit-penyakit psikosomatis yang mengganggu kesehatan tubuh.

Pada akhirnya, seseorang yang mampu memahami dan mengelola diri dengan baik, akan lebih besar peluangnya untuk sukses memimpin dirinya dan keluarganya, ikut berperan dan memberikan kontribusi positif dalam masyarakat.

3 comments:

dils said...

Self management, sepertinya ada kaitannya sama EQ, ya?
Mungkin EQ bagian dari self management.
EQ kan meliputi pengendalian diri, emosi, dll.
Biasanya orang yang EQ nya bagus, jago juga self management nya. Dia bisa mengontrol emosinya dengan baik untuk mencapai tujuannya.

Memang betul kalo dalam Islam dinyatakan bahwa perjuangan terbesar adalah menaklukkan hawa nafsu sendiri. Karena memang manusia kalo sudah berhadapan dengan dirinya sendiri cenderung tidak bisa tegas dan merasa kasihan. Penerapan hukum2 terhadap diri sendiri lah yang paling sulit.

Menaklukkan diri sendiri itu sebenernya challenging. Tergantung dari sudut pandangnya, sih. Ketika diri dihadapkan pada idealisme/hukum2 dan nafsu pribadi. Mana yang akan dimenangkan.

Let's conquer ourself!

eka said...

Yup Dilla, lets conquer ourself!

Dari pengamatanku Setiap orang berbeda dalam meletakkan prioritas penguasaan diri. Ada yang fokus ke manajemen fisik (orang2 yg hobby sport dan diet), ada yg fokus ke manajemen pikiran dan mental (misalnya orang yg suka baca, suka nanya/kritis, suka merenung), dan ada yg fokus memelihara hati nurani (orang ini sangat menjaga tingkah laku, rajin berdoa dll). Tapi mestinya sih ketiga resource tsb di-manage dgn seimbang. Seperti salah satu Quote yg secara random muncul di Blog ini : "There are three sides to happiness: spiritually, physically, and mentally, and there is one way of achieving it...BALANCE "

zultuahkifli said...

oke artikelnya sangat membantu